
Bernie Sanders Tolak Rencana Trump untuk Gaza, Serukan Rekonstruksi bagi Palestina
Tekno Jogja – Senator Amerika Serikat Bernie Sanders menolak pernyataan mantan Presiden Donald Trump terkait masa depan Gaza. Menurutnya, wilayah yang hancur akibat perang tersebut harus dibangun kembali demi kesejahteraan rakyat Palestina, bukan untuk kepentingan investor kaya.
Pernyataan ini muncul setelah Trump mengungkapkan idenya dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Senin (9/2). Dalam wawancara tersebut, Trump menegaskan bahwa warga Palestina yang telah meninggalkan Jalur Gaza tidak akan diizinkan kembali.
Sanders melalui platform X mengungkapkan kemarahannya terhadap gagasan Trump. Ia menyoroti bahwa lebih dari 47.000 warga Palestina telah tewas, sementara 111.000 lainnya mengalami luka-luka. Menurutnya, respons Trump terhadap tragedi kemanusiaan ini adalah dengan mengusulkan pengusiran paksa warga Palestina agar Gaza dapat dijadikan proyek properti bernilai tinggi. Sanders menegaskan bahwa rekonstruksi Gaza harus diperuntukkan bagi rakyat Palestina, bukan untuk kepentingan miliarder atau pengembang real estate.
Sementara itu, Trump dalam wawancara dengan Fox News menyampaikan bahwa komunitas yang aman akan dibangun di luar wilayah yang saat ini dilanda perang. Ia bahkan mengklaim bahwa daerah tersebut nantinya dapat menjadi proyek real estate bernilai tinggi. Ketika ditanya apakah warga Palestina memiliki hak untuk kembali ke Gaza, Trump dengan tegas menyatakan bahwa mereka tidak akan diizinkan kembali karena akan diberikan perumahan yang lebih baik di tempat lain.
Pernyataan kontroversial Trump ini memicu kecaman luas dari berbagai pihak. Rencananya untuk mengambil alih Gaza muncul di tengah gencatan senjata yang sementara menghentikan perang Israel di wilayah tersebut. Namun, ia bersikeras untuk tetap menjalankan usulannya, bahkan mengklaim dapat memaksa Mesir dan Yordania menerima pengungsi Palestina. Klaim tersebut telah dibantah secara tegas oleh kedua negara serta oleh rakyat Palestina sendiri.
Gagasan Trump mengenai Gaza ini memiliki kemiripan dengan pandangan yang sebelumnya dikemukakan oleh Jared Kushner, menantu sekaligus mantan penasihat seniornya. Pada Maret 2024, Kushner pernah menyebut bahwa properti di Gaza memiliki potensi ekonomi yang besar berkat lokasinya di tepi Laut Mediterania.
Dalam sebuah wawancara di Universitas Harvard, Kushner mengatakan bahwa kawasan pesisir Gaza bisa menjadi lahan yang sangat bernilai jika fokus pembangunan diarahkan pada sektor ekonomi. Ia juga berpendapat bahwa situasi di Gaza kurang menguntungkan, sehingga jika dilihat dari perspektif Israel, pemindahan penduduk dan pengelolaan ulang wilayah tersebut akan menjadi opsi yang lebih baik.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan kondisi yang jauh dari idealisme ekonomi semacam itu. Perang yang berlangsung telah menyebabkan kehancuran infrastruktur secara masif. Setidaknya setengah dari perumahan di Gaza hancur atau mengalami kerusakan parah. Selain itu, hampir 2 juta warga Palestina terpaksa mengungsi, menghadapi kekurangan sanitasi, pasokan medis, makanan, dan air bersih.
Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza ini memicu reaksi keras dari komunitas internasional, termasuk berbagai organisasi hak asasi manusia. Mereka menilai bahwa usulan Trump tidak hanya mengabaikan penderitaan rakyat Palestina, tetapi juga berpotensi melanggar hak asasi manusia dengan menolak hak mereka untuk kembali ke tanah kelahiran mereka sendiri.
Seiring dengan meningkatnya tekanan internasional, banyak pihak menyerukan agar Gaza segera mendapatkan bantuan kemanusiaan dan rencana rekonstruksi yang berpusat pada kesejahteraan rakyatnya. Bukan hanya sekadar membangun ulang infrastruktur, tetapi juga memulihkan kehidupan masyarakat yang telah hancur akibat konflik berkepanjangan.
Sanders menegaskan bahwa kepentingan utama dalam rekonstruksi Gaza haruslah rakyat Palestina, bukan pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari kehancuran yang terjadi. Baginya, mengubah Gaza menjadi proyek properti eksklusif adalah bentuk ketidakadilan yang tidak bisa diterima.
Masa depan Gaza kini menjadi perdebatan besar di panggung politik dunia. Di satu sisi, ada dorongan kuat untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai tempat yang lebih baik bagi penduduknya. Namun, di sisi lain, terdapat kepentingan politik dan ekonomi yang mencoba memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi.
Dengan semakin banyaknya suara yang menolak usulan Trump, harapan agar Gaza dapat dibangun kembali demi rakyat Palestina terus menguat. Namun, tantangan besar masih menghadang, terutama dalam memastikan bahwa proses rekonstruksi tidak jatuh ke tangan pihak yang ingin mengeksploitasi penderitaan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.