
BPI Danantara Buka Peluang Investasi untuk Proyek Pemerintah, Hilirisasi Jadi Prioritas
Tekno Jogja – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) menyatakan keterbukaannya terhadap berbagai program dan proyek yang diajukan oleh pemerintah. Setiap usulan yang diterima akan dianalisis dengan cermat untuk memastikan kelayakan dan transparansi dalam pengelolaannya.
Kepala BPI Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, menjelaskan bahwa institusi tersebut siap menerima usulan dari berbagai kementerian, badan, atau pihak lain yang memiliki proyek potensial. Ia menyebutkan bahwa setiap program yang diajukan akan dikaji dengan teliti sebelum mendapatkan pendanaan.
Rosan mengungkapkan bahwa sesuai dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto, setiap proyek yang masuk ke Danantara harus melalui proses analisis yang dilakukan dengan kehati-hatian. Ia juga menekankan bahwa transparansi dan tata kelola yang baik menjadi prinsip utama dalam menjalankan investasi ini.
Proses penilaian dilakukan berdasarkan sejumlah kriteria dan parameter yang telah ditetapkan. Masukan dari berbagai pihak tetap diterima, namun keputusan akhir tetap harus selaras dengan kebijakan yang telah ditentukan oleh pemerintah.
Sebagai bagian dari strategi pembangunan nasional, pemerintah terus mempercepat program hilirisasi dengan menyiapkan 21 proyek tahap awal yang akan mendapatkan investasi sebesar 40 miliar dolar AS.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa beberapa proyek strategis telah dipersiapkan untuk mendapatkan pendanaan melalui Danantara. Ia menambahkan bahwa proyek-proyek ini merupakan bagian dari target hilirisasi yang ditetapkan mencapai nilai 618 miliar dolar AS pada 2025.
Salah satu proyek utama yang akan menerima pendanaan adalah pembangunan fasilitas penyimpanan minyak di Pulau Nipah, Kepulauan Riau. Proyek ini diharapkan mampu memperkuat ketahanan energi nasional. Selain itu, pemerintah juga tengah merancang pembangunan kilang minyak dengan kapasitas produksi sebesar 500 ribu barel per hari.
Tidak hanya sektor minyak dan gas, proyek hilirisasi lainnya juga meliputi pengolahan dimetil eter (DME) berbasis batu bara. Program ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG, sehingga dapat meningkatkan kemandirian energi nasional.
Selain sektor energi, Bahlil mengungkapkan bahwa hilirisasi juga akan diterapkan pada berbagai komoditas lainnya, seperti tembaga, nikel, bauksit, serta alumina. Bahkan, sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan juga akan masuk dalam rencana pengolahan lebih lanjut guna meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional.
Dalam hal pendanaan, Bahlil menegaskan bahwa proyek-proyek ini tidak sepenuhnya mengandalkan investasi asing. Sebagai contoh, proyek hilirisasi DME akan lebih banyak memanfaatkan sumber daya dalam negeri sesuai dengan kebijakan Presiden Prabowo Subianto. Namun, untuk pengembangan teknologinya, peran investor asing tetap akan dimanfaatkan guna mempercepat implementasi proyek.
Dengan strategi investasi yang lebih terarah dan selektif, diharapkan program hilirisasi yang didukung oleh BPI Danantara dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional. Selain meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, langkah ini juga menjadi upaya untuk mewujudkan ketahanan energi serta kemandirian industri di Indonesia.