Pentingnya Kemanusiaan dalam Pengembangan Teknologi: Tantangan dan Etika di Era Modern
3 mins read

Pentingnya Kemanusiaan dalam Pengembangan Teknologi: Tantangan dan Etika di Era Modern

Tekno Jogja – Pengembangan teknologi seharusnya tidak hanya berfokus pada kemajuan sains semata, tetapi juga harus memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak. Prinsip ini dikenal dalam konsep Science, Technology, Society (STS), yang menekankan bahwa teknologi harus dikembangkan dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat secara luas.

Menurut Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, konsep STS menjadi hal yang sangat penting agar inovasi yang dihasilkan tidak hanya bersifat maju secara teknis, tetapi juga membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Direktur Jenderal Sains dan Teknologi Kemendiktisaintek, Najib Burhani, mengungkapkan bahwa para ilmuwan memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi tidak menghilangkan sisi kemanusiaan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Ia menegaskan bahwa kepercayaan sosial menjadi faktor utama dalam penerimaan teknologi oleh masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus dijadikan sebagai pemangku kepentingan utama dalam setiap inovasi sains dan teknologi. Ia memberikan contoh pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Presiden ketujuh Indonesia, Joko Widodo. Meskipun proyek pembangunan jalan raya dan jembatan layang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, di beberapa daerah seperti Papua, proyek tersebut justru dianggap sebagai upaya eksploitasi terhadap warga lokal. Akibatnya, sebagian masyarakat menolak proyek tersebut karena merasa tidak mendapatkan manfaat yang adil.

Selain itu, ia juga menyinggung program Listrik Masuk Desa yang dicanangkan pada masa Orde Baru. Program ini dianggap sebagai salah satu inovasi teknologi yang berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, di balik keberhasilannya, program tersebut juga memperlihatkan bagaimana adopsi teknologi harus dibarengi dengan komunikasi yang baik agar diterima oleh masyarakat luas.

Ketika membahas hubungan antara teknologi dan kemanusiaan, Najib Burhani menyinggung perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang terus berkembang pesat. Jika tidak diawasi dan diantisipasi dengan baik, teknologi ini dapat menjadi ancaman bagi masyarakat. Ia mencontohkan bagaimana AI yang digunakan dalam sistem keamanan nasional di beberapa negara masih memiliki bias terhadap kelompok tertentu. Bias ini menyebabkan adanya diskriminasi yang dapat menghalangi akses layanan publik bagi sebagian masyarakat.

Selain AI, perkembangan teknologi di bidang genetika juga menjadi perhatian. Saat ini, teknologi memungkinkan manusia untuk merancang individu yang memiliki keunggulan tertentu dengan cara menghapus penyakit degeneratif atau menular, seperti AIDS, dari genom seseorang agar tidak diwariskan kepada keturunannya. Pada tahun 2022, seluruh susunan genom manusia berhasil dipetakan secara lengkap, membuka peluang bagi pengeditan gen yang lebih presisi.

Namun, pengeditan genom manusia menimbulkan sejumlah dilema etis. Najib Burhani menekankan bahwa manipulasi genetik ini dapat memunculkan berbagai persoalan, mulai dari etika, hubungan antar generasi, hingga dampak sosial yang lebih luas. Ia membandingkan fenomena ini dengan praktik seleksi manusia pada era Nazi di Jerman, di mana individu dengan kriteria tertentu dipilih untuk menciptakan ras unggul.

Oleh karena itu, konsep Science, Technology, Society (STS) harus terus dikembangkan agar kemajuan teknologi tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan. Dengan demikian, teknologi tidak hanya membawa kemajuan dari segi keilmuan, tetapi juga mampu meningkatkan kualitas hidup tanpa meninggalkan aspek sosial dan etika.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *