Komitmen China dalam Perjanjian Paris: Langkah Nyata Menuju Netralitas Karbon
3 mins read

Komitmen China dalam Perjanjian Paris: Langkah Nyata Menuju Netralitas Karbon

Tekno Jogja – China menegaskan kesungguhannya dalam menangani perubahan iklim global dengan tetap setia pada Perjanjian Paris. Sebagai bagian dari upaya ini, China telah menyerahkan target kontribusi pengurangan emisi karbon nasional yang dikenal sebagai Nationally Determined Contributions (NDC). Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan bahwa negaranya tengah menyiapkan NDC terbaru yang selaras dengan Perjanjian Paris serta persyaratan dari inventarisasi global pertama. Pernyataan ini disampaikannya dalam konferensi pers di Beijing pada Senin (10/2).

Perjanjian Paris sendiri merupakan kesepakatan global yang diadopsi hampir seluruh negara di dunia pada 2015 dengan tujuan utama menjaga kenaikan suhu bumi tidak melebihi 2 derajat Celcius. Bahkan dalam Konferensi Iklim PBB COP26 di Glasgow, pemimpin dunia menekankan pentingnya membatasi pemanasan global hingga di bawah 1,5 derajat Celcius pada 2060. Sebagai bagian dari kesepakatan ini, setiap negara diwajibkan memperbarui NDC mereka setiap lima tahun, yang berisi langkah-langkah konkret dalam menekan emisi dan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim.

Berdasarkan laporan terbaru PBB, sebagian besar negara masih belum berhasil memenuhi target yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris. Hingga kini, hanya 10 dari 195 negara yang telah memenuhi tenggat waktu PBB untuk menyerahkan rencana aksi iklim mereka hingga 2035, yang seharusnya disampaikan sebelum 10 Februari 2025. Guo Jiakun menekankan bahwa China tetap menjadi pelaku utama dalam penanganan perubahan iklim dan berkomitmen untuk terus menerapkan strategi pembangunan hijau serta rendah karbon. Menurutnya, negaranya telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam implementasi NDC, termasuk dalam menurunkan intensitas emisi karbon, meningkatkan penggunaan energi nonfosil, memperluas kapasitas pembangkit listrik tenaga surya dan angin, serta melakukan rehabilitasi hutan untuk meningkatkan daya serap karbon.

Pemerintah China menegaskan bahwa strategi transisi energi akan terus dilakukan sesuai dengan kondisi domestik, kapasitas nasional, dan tahap perkembangan ekonomi yang sedang berlangsung. Komitmen ini juga diperkuat dengan penyampaian laporan NDC 2035 kepada Sekretariat Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) sesuai jadwal yang ditetapkan. Dalam laporan terakhir yang disampaikan pada 28 Oktober 2021, China telah menetapkan target ambisius untuk mencapai puncak emisi karbon pada 2025. Setelah itu, penggunaan batu bara akan dikurangi secara bertahap mulai 2026. Pada 2030, kapasitas listrik dari tenaga surya dan angin ditargetkan mencapai 1,2 miliar kilowatt (kW), dengan tujuan akhir mewujudkan dekarbonisasi penuh pada 2060.

Sementara itu, selain China, beberapa negara lain telah lebih dulu menyerahkan NDC terbaru mereka, di antaranya Inggris, Brasil, Uni Emirat Arab, Selandia Baru, Swiss, Uruguay, Andorra, Ekuador, dan Saint Lucia. Amerika Serikat sebenarnya telah menyerahkan NDC untuk 2035 lebih awal, tetapi kebijakan ini mengalami perubahan ketika Donald Trump menjabat sebagai presiden dan mengumumkan keluarnya AS dari Perjanjian Paris.

Saat ini, Perjanjian Paris telah memasuki putaran ketiga dalam pembaruan NDC setelah dua putaran sebelumnya yang berlangsung pada 2015 dan 2020-2021. Dengan batas waktu berikutnya pada 10 Februari 2025, tantangan global masih cukup besar dalam memastikan seluruh negara memenuhi komitmen mereka dalam menekan perubahan iklim.

China telah menunjukkan langkah nyata dalam mencapai target pengurangan emisi dan transisi menuju energi hijau. Dengan strategi yang terus diperbarui, mulai dari peningkatan kapasitas energi terbarukan hingga penurunan emisi karbon, negara ini optimis dapat mencapai netralitas karbon pada 2060. Meski begitu, keberhasilan dalam menangani perubahan iklim tidak bisa hanya bergantung pada satu negara. Kerja sama global menjadi kunci utama dalam mewujudkan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *