
Hamas Tunda Pembebasan Sandera Israel, Israel Dituding Langgar Gencatan Senjata
Tekno Jogja – Brigade Al-Qassam, sayap militer kelompok Hamas Palestina, memutuskan untuk menunda pembebasan warga Israel yang disandera. Keputusan ini diambil setelah Tel Aviv dinilai melanggar kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati di Gaza. Hamas mengklaim bahwa Israel tidak memenuhi beberapa poin dalam perjanjian tersebut, termasuk menghambat kembalinya para pengungsi Palestina ke Gaza utara, melakukan serangan di berbagai wilayah, serta membatasi akses masuk bantuan kemanusiaan ke daerah tersebut.
Dalam sebuah pernyataan resmi yang disampaikan melalui juru bicara Brigade Al-Qassam, Abu Obaida, Hamas menegaskan bahwa pelepasan sandera Israel yang sebelumnya direncanakan pada Sabtu (15/2) akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut. Abu Obaida menyebut bahwa keputusan ini diambil karena pihak Israel belum sepenuhnya mematuhi isi kesepakatan gencatan senjata.
Meskipun demikian, Hamas menyatakan tetap berkomitmen terhadap perjanjian tersebut selama Israel juga menaati seluruh ketentuan yang telah disepakati. Jika pelanggaran terus terjadi, maka pembebasan sandera yang direncanakan akan terus ditangguhkan.
Menanggapi pernyataan Hamas, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, segera menginstruksikan pasukannya untuk meningkatkan kesiapsiagaan di Gaza. Pihak militer Israel diperintahkan untuk bersiaga dalam kondisi “tingkat kewaspadaan tertinggi” guna mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat terjadi. Katz juga menyebut bahwa keputusan Hamas untuk menunda pembebasan sandera dianggap sebagai bentuk pelanggaran langsung terhadap perjanjian gencatan senjata.
Di sisi lain, keluarga para sandera Israel yang masih berada di Gaza mendesak pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu agar tidak menghambat kesepakatan pertukaran tahanan. Forum Sandera dan Keluarga Hilang menyampaikan permintaan mereka dalam sebuah pernyataan resmi. Mereka mengungkapkan bahwa bantuan telah diminta dari negara-negara penengah seperti Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat agar dapat memastikan kesepakatan ini tetap berjalan sesuai rencana.
Forum tersebut juga meminta agar pemerintah Israel tidak melakukan tindakan yang dapat mengganggu jalannya pertukaran sandera dengan Hamas. Hingga saat ini, sebanyak 76 warga Israel masih ditahan dan diharapkan dapat segera dipulangkan melalui perundingan yang sedang berlangsung.
Kesepakatan gencatan senjata tiga fase telah diberlakukan di Gaza sejak 19 Januari. Perjanjian ini bertujuan untuk menghentikan serangan yang telah menyebabkan lebih dari 48.000 korban jiwa di Palestina serta menghancurkan banyak wilayah di Jalur Gaza.
Dalam tahap pertama dari kesepakatan gencatan senjata yang berlangsung hingga awal Maret, sebanyak 33 warga Israel yang ditahan Hamas direncanakan akan dibebaskan dengan imbalan pelepasan sejumlah tahanan Palestina. Proses pertukaran ini telah berlangsung beberapa kali dan dijadwalkan kembali dilakukan pada pekan ini. Namun, ketegangan yang meningkat akibat klaim pelanggaran gencatan senjata berisiko menghambat proses lebih lanjut.
Situasi di Gaza tetap dalam kondisi yang tidak menentu. Meskipun gencatan senjata telah diberlakukan, pelanggaran yang dituduhkan kepada kedua belah pihak terus menjadi hambatan utama dalam upaya mencapai stabilitas di wilayah tersebut.